Sumba Barat Daya, SEKOLAHTIMUR.COM – Bagi pendidik dan tenaga kependidikan, pendidikan bukanlah sekadar materi yang diajarkan di bangku kuliah dulu dan dipraktikkan di tempat kita mengajar. Pendidikan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran kita untuk menemukan cara yang tepat dan efisien dalam hal menyampaikan materi.
Hal tersebut disampaikan Kepala SMK Don Bosco Sumba, Pastor Dominggus Telupun, SDB., ketika memberikan arahan pada upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di halaman SMK Don Bosco Sumba, Wee Pangali, Kecamatan Loura, Kabupaten Sumba Barat Daya, pada Rabu (4/5/2022).
“Kita harus menyadari bahwa setiap peserta didik unik, seperti halnya apa yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara, anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu. Maka kita pun harus berusaha mengenal mereka dan menemukan cara yang tepat bagi mereka untuk dapat mengembangkan diri mereka,” ungkap Pastor Dominggus yang ketika itu mengenakan pakaian adat Lembata.
Terkait tema yang diusung dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2022 yaitu “Pimpin Pemulihan Bergerak untuk Merdeka Belajar”, Pastor Dominggus menyampaikan pula keprihatinan selama dua tahun terakhir dimana kondisi gedung sekolah kosong karena pandemi, digantikan dengan pelaksanaan proses belajar-mengajar secara daring. Interaksi antara guru dan siswa sangat terbatas pada ruang virtual. Kontak antar peserta didik hanya terjadi melalui ruang chat dan perjumpaan daring, sehingga interaksi secara langsung hampir tidak ada.
“Bagi peserta didik, proses belajar tidak hanya pada saat berada di sekolah, belajar adalah bagian dari setiap langkah kehidupan kita. Seperti apa yang dikatakan oleh Mahatma Gandi, hiduplah seolah-olah Anda akan mati besok. Belajarlah seolah-olah Anda akan hidup selamanya,” tandasnya.
Selanjutnya Pastor Dominggus menekankan, merayakan Hardiknas bukan hanya mengenang jasa Ki Hadjar Dewantara bagi dunia pendidikan di Indonesia, melainkan meneladani dan bercita-cita dengan semangat untuk belajar dalam membawa Indonesia lebih baik. Sudah semestinya kita semua bersinergi dalam membangun lingkungan yang sehat dan merdeka terkait proses belajar-mengajar di Indonesia.
“Seperti yang kita ketahui, bahwa kemerdekaan merupakan salah satu yang bisa menggambarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Mari menjadi bagian dari pemulihan untuk merdeka belajar,” pungkasnya.
Sementara itu Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Don Bosco Sumba, Br. Alfridus Tena, mengatakan, penggunaan pakaian adat tradisional dalam upacara peringatan Hardiknas sebagai pengingat bahwa kita lahir dari berbagai suku bangsa yang berbeda, namun sebagai warga negara Indonesia, kita juga berhak atas pendidikan yang layak.
“Selain itu, pendidikan juga bagian dari kebudayaan. Mengenal kebudayaan, mengenal pula pendidikannya,” jelasnya.
Dijelaskannya, tahun ini Hardiknas dirayakan lebih awal oleh SMK Don Bosco Sumba, dari yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek), dengan alasan bahwa proses pembelajaran sudah berjalan normal sejak beberapa hari yang lalu.
“Kesempatan ini dijadikannya untuk berhenti sejenak dari aktivitas pembelajaran yang sibuk dan cepat, serta digunakan untuk bercermin dan berpikir sejenak akan tujuan dari segala kegiatan belajar-mengajar,” tuturnya.
Upacara bendera berlangsung lancar dan hikmat. Peserta didik, guru, dan pegawai yang mengikuti upacara tampak mengenakan pakaian adat. Usai upacara bendera, peserta didik serta para guru SMK Don Bosco Sumba terlibat dalam berbagai perlombaan yakni bola voli, tarik tambang, dan lomba video kreasi tiktok. (Risma Dewi Purwita/ rf-red-st)
*Dipublikasikan oleh sekolahtimur.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar